Sabtu, 09 Oktober 2010

Bali Beach Guide

Mungkin bagi Anda para traveler sudah tidak asing lagi dengan salah satu tujuan wisata terbaik di Indonesia yang sudah mendapatkan pengakuan oleh dunia internasional, yaitu Pulau Bali. Pulau Bali yang seakan tidak habis menyimpan pesona di seluruh penujurunya, terkenal dengan pesona alam berupa pantai-pantainya yang indah. Kali ini saya akan memberikan sebuah Bali Beach Guide, yang akan membahas khusus mengenai pantai-pantai di Bali.

1. Pantai Kuta
Sengaja saya tempatkan Pantai Kuta di urutan pertama dalam Bali Beach Guide ini. Siapa yang akan melewatkan Pantai Kuta bila pergi ke Pulau Bali? Pantai yang menjadi daya tarik utama di pulau ini terkenal dengan pasirnya yang kecoklatan dan ombaknya yang sedang-tidak terlalu besar, serta lengkapnya fasilitas yang terletak di kawasan belakang pantai, yaitu Jl. Legian. Hal ini membuat akses terhadap berbagai fasilitas seperti penginapan, toko suvenir dan mini market menjadi sangat mudah. 


2. Pantai Pecatu (Dreamland)
Jika kita mendengar Pantai Pecatu, mungkin akan sedikit kurang familiar di telinga. Namun jika Anda mendengar nama "Dreamland" pasti Anda akan langsung membayangkan sebuah pantai indah di kawasan Bali. Pantai Pecatu adalah Pantai Dreamland. Pantai yang hanya berjarak 15 menit dari Garuda Wisnu Kencana Cultural Park ini menjadi salah satu primadona bagi para peselancar. Ombak yang cenderung besar dan tinggi, khususnya pada bulan-bulan tertentu (Agustus, misalnya) menjadi salah satu pesona pantai ini. Hal ini ditambah dengan dibangunnya berbagai resort dan club sehingga menjadikan pantai ini pesaing kuat Pantai Kuta. 

3. Pantai Padang-Padang
Apabila Anda ingin mencari sebuah pantai yang agak tenang untuk berjemur namun masih dapat bermain air dengan ombak-ombaknya, Anda sebaiknya berkunjung ke Pantai Padang-Padang. Pantai Padang-Padang yang terletak agak tersembunyi ini merupakan salah satu pantai yang mulai diserbu oleh para wisatawan. Keadaan air di Pantai Padang-Padang bergantung pada waktu kunjungan Anda. Jika Anda berkunjung pada awal bulan, keadaan air akan sedikit lebih tenang dengan ombak yang tidak terlalu besar. Namun apabila Anda datang mendekati pertengahan hingga akhir bulan, ombak disini akan relatif besar. Tidak heran jika sering diadakan kompetisi berselancar pada akhir bulan. Pantai ini juga pernah dikunjungi Julia Roberts dalam rangka shooting filmnya, Eat, Pray, Love. 

4. Pantai Lovina
 Kesan pertama jika Anda mendatangi Pantai Lovina mungkin adalah bertanya-tanya mengapa pantai ini berbeda dengan pantai di Bali pada umumnya. Pantai Lovina yang dikelilingi oleh pasir hitam yang kasar, laut yang agak berkarang, dan hampir tidak ada ombak. Memang Pantai Lovina bukanlah sebuah pantai yang ditujukan untuk rekreasi seperti berenang, berselancar atau bermain air. Pantai Lovina mempunyai daya tarik tersendiri, yaitu pantai ini adalah surga bagi para lumba-lumba. Namun, untuk menyaksikan lumba-lumba ini, harus dengan sedikit keberuntungan dan usaha. Lumba-lumba biasanya muncul pada pagi hari dan Pantai Lovina yang terletak di ujung utara Pulau Bali ini butuh waktu tempuh sekitar 3 jam dari Pantai Kuta / Denpasar. Jadi Anda harus berangkat pagi sekali.

5. Pantai Sanur
Pantai Sanur seolah-olah mengatakan, jika Anda ingin ketenangan dan bersantai, datanglah kemari! Pantai yang terletak di wilayah kota ini sangatlah ideal untuk sekedar bersantai dan...tidur. Hal ini dikarenakan keadaan pantai yang tidak terlalu panas dibandingkan dengan pantai-pantai di Bali lainnya, juga karena angin yang berhembus.










Jumat, 01 Oktober 2010

Pulau Peucang: Mahakarya Alam dan Konservasi Lingkungan di Ujung Barat Pulau Jawa


Pulau Peucang, 2010
Jika kita mendengar kata "Taman Nasional", sudah tentu kita akan membayangkan sebuah taman wisata alam yang terjaga kelestariannya oleh negara. Hal inilah yang secara nyata terwujud di Taman Nasional Ujung Kulon. Taman Nasional Ujung Kulon memiliki banyak wilayah konservasi yang dapat dijadikan objek wisata yang menarik bagi wisatawan lokal maupun domestik. Keadaannya yang masih asri dan sangat terjaga, serta juah dari pengaruh modernisasi menjadikan taman nasional ini tetap terjaga keindahannya. Pada tulisan kali ini, saya ingin berbagi pengalaman saya mengungjungi salah satu pulau yang masih termasuk dalam pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon, yaitu Pulau Peucang (Bahasa Sunda, diucapkan: Pe-cang). Pulau Peucang terletak di sebelah utara barat dari Ujung Kulon, sebuah pulau kecil yang terpisah dari Pulau Jawa. 

Menuju Ujung Kulon dan Pulau Peucang
Jika Anda ingin menuju Pulau Peucang, Anda dapat menempuh perjalanan melalu arah Jakarta-Serang-Labuan-Pandeglang-Sumur dalam waktu kurang lebih 6 jam. Anda juga dapat melalui jalur Cilegon-Anyer-Carita-Pandeglang, namun dengan jarak tempuh yang lebih lama (sekitar 7,5 jam). Jika Anda sudah mencapai Desa Sumur, Anda dapat menyewa kapal untuk menyebrang ke Pulau Peucang. Kapal yang disewa ini akan menjadi kendaraan operasional Anda untuk berpergian selama berada di Pulau Peucang. Tentunya Anda berminat untuk meng-explore pulau-pulau lain di luar Pulau Peucang, bukan? Perjalanan dari Desa Sumur menuju Pualu Peucang ditempuh perjalanan sekitar 2,5-3 jam.

Pulau Peucang
Kesan saya pertama kali menginjakkan kaki di dermaga Pulau Peucang adalah mengambil kesimpulan bahwa tempat ini memang benar-benar dijaga kelestariannya. Pantai dengan pasir putih yang halus dan air yang berwarna biru dan hijau yang sangat bening membuat saya dapat melihat sekumpulan ikan-ikan yang sedang berenang di pinggir pantai. Ketika saya menuju penginapan yang berupa barak-barak atau rumah yang dibuat dari papan dan kayu, saya beserta rombongan disambut oleh berbagai satwa yang memang berhabitat disitu. Satwa yang saya jumpai sepintas memang dikategorikan sebagai hewan liar, namun karena sudah terbiasa dengan kehadiran manusia di pulau itu, mereka pun tidak merasa takut atau ingin menyerang manusia. Satwa tersebut adalah babi hutan, rusa, biawak dan monyet. Meskipun tidak menyerang, sebaiknya kita juga tidak mengganggu mereka. Keadaan laut di Pulau Peucang pun relatif tenang, hampir tidak ada ombak, jadi Anda dapat dengan santai bermain air atau bermain pasir di sekitar pantai.

Tanjung Layar (Cibom): Tepi Barat Pulau Jawa
Hutan konservasi di Tanjung Layar
Jika Pulau Peucang adalah sebuah pulau yang terpisah dari Pulau Jawa, maka kita akan kembali menginjakkan kaki di Pulau Jawa jika ingin mengunjungi Tanjung Layar atau Cibom. Tanjung Layar atau Cibom adalah ujung paling barat dari Pulau Jawa, atau dengan kata lain "ujungnya' Ujung Kulon.  Cara menuju Tanjung Layar atau Cibom ini adalah dengan menggunakan perahu yang sama, namun disini tidak terdapat dermaga. Perahu besar tidak dapat menepi ke pinggiran pantai karena terdapat karang-karang yang besar dan tajam. Setelah berjarak sekitar 20 meter dari pantai Tanjung Layar atau Cibom, perjalanan digunakan dengan menggunakan sampan. Perjalanan singkat dengan menggunakan sampan ini memang sedikit menegangkan, khususnya apabila ombak sedang sedikit tinggi. Ketika saya bertanya kepada pemandu dan nakhoda perahu yang saya tumpangi, "Mengapa tidak dibangun dermaga disini?" Mereka pun menjawab dengan alasan "Agar tidak ada nelayan yang bisa berlabuh disini". Maksudnya adalah agar tempat ini tidak didatangi oleh nelayan-nelayan nakal dan tidak bertanggungjawab yang dikhawatirkan akan merusak lingkungan di tempat ini. Saya menyimpulkan bahwa alasan ini tidak berlaku hanya untuk para nelayan semata, juga berlaku untuk para pihak lain yang dimungkinkan dapat merusak lingkungan di wilayah ini.
Mirip dengan lokasi film "Lord of The Rings"
Di Tanjung Layar atau Cibom, Anda harus bersiap-siap dengan fisik Anda, karena medan yang harus dilalui tidaklah mudah. Jalur hutan yang licin, berlumpur dan berbatu, serta jalanan yang menanjak dan menurun harus benar-benar dilalui secara hati-hati. Untuk menjelajahi Tanjung Layar atau Cibom secara keseluruhan, anda terlebih dahulu harus menyusuri hutan belantara yang sangat panjang jaraknya. Sekitar lebih dari 1 km. Mungkin jarak tersebut tidak tergolong jauh bagi beberapa orang, namun yang harus diperhatikan disini adalah medan yang cukup sulit, hendaknya Anda berhati-hati dalam melangkah dan tidak perlu teburu-buru. Ketika perjalanan menjadi sedikit mendaki, Anda akan mencapai sebuah dataran tinggi yang berupa hamparan rerumputan dan bebatuan yang tinggi. Tempat ini mengingatkan saya pada lokasi shooting film Lord of The Rings.
Salah satu pantai di ujung Pulau Jawa
Setelah sejenak beristirahat di dataran tinggi Tanjung Layar atau Cibom, saya beserta rombongan terus melanjutkan perjalanan dengan melihat berbagai pesona alam yang tidak henti-hentinya membuat kagum. Terdapat banyak sisi pantai yang berbatu dan berkarang dengan ombak yang sangat kencang, terdapat berbagai bangunan tua berupa benteng dan mercusuar kuno yang dibangun oleh pemerintah Hindia-Belanda pada zaman kolonial. Perjalanan saya terhenti ketika mencapai sebuah tebing tinggi dengan jurang yang sangat dalam. Ya, saya sudah mencapai ujung. Ujung dari Pulau Jawa. Karena perjalanan sudah selesai, saya dan rombongan pun kembali bertolak menuju pantai dimana perahu dan sampan kami berlabuh.

Para Penghuni Cidaun 
Sekawanan Banteng di Cidaun
Jika kita berkunjung ke Ujung Kulon, rasanya tidak puas jika tidak melihat Badak Jawa yang menjadi satwa khas dan icon dari Ujung Kulon itu sendiri. Dikatakan bahwa kita dapat melihat Badak Jawa beserta satwa-satwa lainnya di kawasan Cidaun (Cidaon) yang masih terletak di semenanjung Ujung Kulon. Sama seperti Tanjung Layar atau Cibom, kawasan Cidaun ini merupakan hutan belantara, namun medan yang harus dilalui tidaklah sesulit Tanjung Layar atau Cibom. Di kawasan ini, terdapat banyak satwa yang dilestarikan selain Badak Jawa, yaitu antara lain adalah banteng dan burung merak. Namun amat disayangkan, karena kemungkinan sedang tidak beruntung atau karena setelah diguyur hujan, saya tidak dapat melihat langsung Badak Jawa dan burung merak tersebut. Saya hanya dapat melihat kawanan banteng yang berjumlah sekitar 6 ekor. Namun saya sudah merasa cukup puas dengan melihat satwa yang masih liar dengan langsung.
Finding Nemo!
Sebelum saya berpindah menuju tujuan kita berikutnya, saya pun menyempatkan untuk snorkeling di titik-titik tertentu yang menurut pemandu saya, merupakan lokasi yang memiliki terumbu karang yang indah. Memang benar apa yan dikatakan pemandu saya, dalam wilayah ini terdapat berbagai biota laut yang sebelumnya hanya bisa saya lihat di televisi, seperti Clown Fish (ikan dalam film "Finding Nemo"),

Pulau Handeuleum: Menanti Sinyal Handphone
Setelah beranjak dari Cidaun, kami menuju sebuah wilayah yang tidak kalah indah, yang bernama Pulau Handeuleum (baca: Handelem, Sunda). Sebelum kita beranjak ke pulau ini, kami diinformasikan bahwa disana merupakan wilayah yang terjangkau oleh sinyal handphone. Saya pun merasa sedikit senang, karena hanya ingin sekedar berkomunikasi dengan keluarga dan teman yang berada di Jakarta. Karena Pulau Handeuleum ini terletak sangat dekat dengan Desa Sumur, maka orag-orang yang mendiami pulau ini jumlahnya juga agak banyak. Anda dapat membeli suvenir khas Ujung Kulon seperti gantungan kunci dan T-Shirt disini.
Canoeing menyusuri sungai di Pulau Handeuleum
Salah satu kegiatan yang dapat Anda lakukan disini adalah canoeing. Rute kano yang dilewati adalah sebuah sungai kecil yang  terdapat di sebuah pulau kecil. Sungai tersebut mengalir dari dalam pulau sehingga saya harus memasuki sungai tersebut dari laut. Lagi-lagi, sebuah pengalaman yang menegangkan dengan menggunakan kano, karena saya harus menjaga keseimbangan agar kano tidak oleng. Di kawasan ini seharusnya terdapat beberapa satwa liar, namun sekali lagi karena sedang kurang beruntung, saya tidak menjumpai satwa satupun.
Pulau Handeleum merupakan tujuan terkahir dalam perjalanan wisata saya di Ujung Kulon kali ini. Seperti yang kita ketahui, selain ketiga tempat di atas, Ujung Kulon masih menyimpan banyak pesona dan misteri yang dapat kita jelajahi. Ditambah dengan status Ujung Kulon yang merupakan Taman Nasional menjadikan kawasan ini terjaga dan terjamin keindahannya.

Tips
Tips yang perlu dperhatikan saat berkunjung ke Ujung Kulon:
  1. Karena mayoritas perjalanan dilakukan dengan perahu, janga lupa untuk membawa obat anti mabuk bagi mereka yang sering mabuk laut.
  2. Jika Anda menyusuri kawasan hutan disini, gunakanlah sandal yang kuat, tidak disarankan menggunakan sandal jepit.
  3. Bawalah extension cord atau stop kontak ganda, mengingat hanya ada satu stop kontak untuk satu kamar. Hal ini perlu bagi anda yang ingin mengisi baterai dari perangkat elektronik Anda. Perlu diingat bahwa untuk di Pulau Peucang, listrik yang dihidupkan dengan generator hanya diaktifkan pada malam hari.
Rapor Pulau Peucang dan Sekitar
Akomodasi dan Penginapan: 70
Karena tempat ini memang bukan tempat wisata komersil, melainkan sebuah tempat konservasi alam, maka akomodasi dan penginapan yang disediakan sangat minmalis. Hanya berupa barak-barak.

Keadaan Alam: 95
Alam yang masih terjaga dan lestari, patut diberi nilai tinggi!
                          
Keadaan Kota: 70
Pulau Peucang bukanlah sebuah kota, jadi tidak terdapat kesibukan yang terlihat dari sebuah perkotaan atau bahkan pedesaan. Hanya ada sejumlah orang yang berdiam disini yang bertugas untuk menjaga Taman Nasional ini.

Kuliner: 65
Tidak terdapat kuliner yang khas di kawasan ini. Hanya masakan-masakan rumah pada umumnya. Namun jika Anda sedang berada di Desa Sumur, Anda dapat merasakan Bakso Ikan khas Pandeglang.

Transportasi: 80
Transportasi yang digunakan disini hanyalah perahu atau kapal. Ketersediaan perahu atau kapal berupa penyewaam juga sudah tersedia disini.

Fasilitas: 70
Dalam wisata menuju Pulau Peucang dan sekitar, Anda memang tidak dapat mengharapkan fasilitas yang serba lengkap disini. Namun segala kebutuhan yang penting sudah terakomodasi disini, seperti penginapan, toiler, dan musholla,

Cinderamata: 75
Anda dapat menemukan cinderamata berupa T-Shirt yang dapat dibeli di Pulau Peucang dan Handeuleum.

Budgeting: 70 
Mengunjungi Ujung Kulon memang tidak terlalu mahal ataupun murah. Karena banyak pengeluaran yang wajib agar perjalanan ini terwujud, seperti sewa kapal, maka menurut saya pengeluaran sebesar Rp. 600.000 -700.000 adalah pengeluaran yang wajar.

Nilai Total Pulau Peucang: 74.375
Pesona alam yang terjaga dan dilestarikan sudah sewajarnya memberikan pesona terbaik yang dapat ia tawarkan. Pulau Peucang dan Ujung Kulon sebagai Taman Nasional yang dijaga oleh Pemerintah Indonesia dan juga diakui oleh WWF dan Greenpeace, merupakan sebuah kebanggaan nasional yang harus kita jaga dan lestarikan. Sebagai salah satu pesona alam yang dimiliki Indonesia, tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa Pulau Peucang dan Ujung Kulon adalah salah satu tujuan wisata terbaik di Indonesia.

Terima kasih kepada segenap panitia Ombak7 Adventure, sesama peserta dan keramahan dari penduduk Pandeglang dan Ujung Kulon. 
Contact Person di Ujung Kulon: Bpk. Matang (081380101684) untuk penyewaan perahu.